22 Desember
untuk Ibu
Pancaran
keikhlasan dari bola mata seorang IBU,
dia adalah
orang yang sangat hebat, yang tidak pernah lelah
untuk
membahagiakan anaknya.
***
“kasih Ibu
kepada Beta, tak terhingga sepanjang masa ...”
Lirik
lagu tersebut menggambarkan betapa besar perjuangan seorang Ibu yang rela
mengorbankan apapun demi anaknya. Ibarat kehidupan di bumi, tanpa adanya
matahari bumi akan gelap gulita, tanpa adanya matahari Manusia tidak akan bisa
melakukan segala aktivitas, tanpa adanya matahari tumbuhan tidak akan bisa
berfotosintesis. Begitu pula jika tanpa adanya seorang Ibu kita tidak akan
terlahir melihat keindahan dunia ini.
Di pojok taman, di bawah pepohonan
rindang. Sindy gadis cantik berusia 17 tahun sedang melamun sambil menikmati
pemandangan daun berguguran yang terkena gaya gravitasi. Seketika lamunannya
terpecahkan oleh panggilan temannya yang mengajak pulang ke rumah. Sesampainya
di rumah, Sindy terkagetkan dengan kabar yang tak sedap didengar, kabar yang
menyatakan bahwa Ibunya jatuh sakit dan harus dirawat inap di Rumah Sakit. Saat
itupun Sindy merasa sangat bersalah, karena semalam Sindy minta kekeh kepada
Ibunya untuk dibelikan motor baru, mendengar permintaan Sindy akhirnya sang
Ayah membentaknya dan Sindy pun langsung marah dan masuk kamar sambil menutup
keras pintu kamarnya.
Setelah
mendengar kabar dari tetangganya, kemudian Sindy pun langsung bersiap-siap dan diantar
tetangganya menuju ke Rumah Sakit, ia benar-benar kaget karena setahu Sindy Ibu
sehat-sehat saja. Sesampainya di Rumah Sakit tepat di kamar Ibunya dirawat, ia
langsung masuk dan memeluk Ibunya yang belum sadarkan diri.
“Ibu” panggil
Sindy dari depan pintu kamar
“masuk sini
kak, Ibu belum sadar” jawab dari Ayah
“Ayah, maafin
Sindy yah” memulai percakapan kepada sang Ayah karena Ibunya belum sadar
“tidak apa-apa
kak, sekarang kita harus banyak berdoa supaya Ibu cepat sadar”
ajak sang Ayah
Pada sorenya setelah selesai sholat
magrib, Sindy mendengar perbincangan antara Dokter dengan Ayahnya bahwasanya Ibunya
membutuhkan pendonor ginjal. Sindy pun kaget dia benar-benar merasa bersalah
dan dia tidak bisa membayangkan jika Ibunya tidak sadarkan diri, kemudian Sindy
pun jalan-jalan mengelilingi Rumah Sakit walaupun pikirannya tidak sepenuhnya
menyatu dengan jiwanya. Namun seketika Sindy mendengar suara yang membuatnya
menghentikan langkahnya, itulah di ruang persalinan ada sebuah teriakan
kesakitan luar biasa seorang Ibu yang sedang melahirkan, Sindy merinding
mendengar suara tersebut karena jelas-jelas itu terdengar sangat menyakitkan.
Dan tak lama kemudian ada suara tangisan bayi tapi ada tangisan seorang
laki-laki disana. Sindy bingung bukankah ketika bayi lahir keluarga menyambut
kebahagiaan, namun tidak dengan keluarga itu.
Sindy masih terus menelusuri keinginan
tahuannya, dan selang beberapa menit akhirnya keluarlah seorang pasien tertutup
kain secara penuh, dan ternyata Ibu yang baru saja melahirkan meninggal dunia
setelah berhasil melahirkan anaknya, dari situlah Sindy merasa begitu luar
biasanya perjuangan seorang Ibu. Bahkan rela mengorbankan nyawanya demi sang
Anak, hari itu dia terus merenungi perbuatan-perbuatannya selama ini tepatnya
ia intropeksi diri, karena ia selama itu banyak menyusahkan orang tua terlebih
Ibunya. Ia selalu ingin dibelikan ketika ia meminta, ia selalu ingin dimanja
seperti halnya anak orang-orang berkecukupan, ia selalu menolak ketika dimintai
bantuan oleh Ibunya. Dan ketika mendengar bahwasannya ginjal Ibu harus diangkat
ia merasa tertampar sekeras-kerasnya.
Setelah merenung
selama semalam, akhirnya ia mendapat sebuah keputusan untuk mendonorkan
ginjalnya kepada sang Ibu.
Ketika di ruang Dokter
“dok, saya Sindy anak dari pasien yang bernama Ibu Santi. Dok, saya
mendengar percakapan dokter kemarin malam dengan Ayah saya, bahwasannya Ibu
saya membutuhkan pendonor ginjal. Apakah itu benar ?” tanyanya sangat lancar
dan tidak ada titik komanya.
“hloo, adek mendengar percakapan kami kemarin malam ?”
“iya dok, sebelumnya saya mohon maaf sudah lancang menguping
pembicaraan dokter. Dok kalau memang Ibu saya benar-benar membutuhkan ginjal,
maka saya siap untuk menjadi pendonornya dok”
“kamuuu...” kaget dan sangat tidak mengira
“iya dok, tapi jangan sampai ada yang tahu ya dok. Saya sayang sama
Ibu saya dan saya belum siap jika ditinggalkannya.”
“dek, tapi ini sangat besar akibatnya. Hanya ada dua kemungkinan
hasilnya yaitu selamat tapi sering sakit dan kemungkinan satunya tidak
terselamatkan diri. Apakah kamu sudah memikirkan dampaknya sampai sejauh itu?”
“iya dok sudah, karena masih banyak perjuangan Ibu yang harus
diselesaikan mulai dari mengurusi adek yang masih balita, saya yakin pasti ayah
akan keberatan jika mengurusi itu semua. Jadi saya lebih memilih Ibu saya dok”
“baiklah jika itu sudah jadi keputusan kamu, minggu depan kita
ketemu lagi untuk menjalankan rencana ini”
“baik dok, terimakasih”
Setelah seminggu
berlalu, terjadilah rencana tersebut. Sebelumnya ia sempat dilarang oleh
Ayahnya, karena bagi Ayahnya itu perbuatan konyol, tapi Sindy tetap nekat
melakukannya. Tepat tanggal 22 Desember Sindy dengan ikhlas mendonorkan
ginjalnya untuk Ibunya, dan setelah proses berlangsung akhirnya rencana tak
sesuai dengan yang diinginkan. Setelah ginjalnya diambil Sindy tidak
tersadarkan diri, dan setelah ditunggu beberapa jam Sindy pun dinyatakan
meninggal dunia.
Hari itu juga
Ibunya mulai tersadarkan diri dan mulai membaik,setelah kesadaran sang Ibu,
langsung mencari-cari keberadaan Sindy. Karena keluarga-keluarga banyak yang
mengumpul tapi Sindy tidak terlihat batang hidungnya. Kemudian sang Ayah
memberikan surat yang sempat ditulis Sindy sebelum proses pengambilan ginjal
dilakukan. Setelah dibuka surat itu berisi
Ibu,, Sindy sayang sama Ibu. Ibu telah mengajarkan banyak hal
kepada Sindy apa arti sebuah kesabaran, keikhlasan, kasih dan sayang. Sindy
menyesal bu sering melukai hati Ibu, sering mengabaikan nasehat Ibu. Hingga Sindy
merasa tertampar sekeras-kerasnya ketika mendengar ginjal Ibu harus diangkat,
masih banyak yang membutuhkan Ibu, dialah Ayah, dan juga Adek sangat membutuhkan
Ibu untuk kedepannya. Seperti yang diajarkan Ibu kepada Sindy tentang
keikhlasan, maka di hari spesial ini Sindy ikhlas mendonorkan ginjal Sindy kepada Ibu.
Sindy sayang Ibu, semoga kita bertemu di Surga-Nya.
Salam dari Sindy
Nasi sudah menjadi
bubur, semua telanjur tidak bisa di balikkan lagi, jika disuruh memilih sang
Ibu lebih memilih dirinya yang tidak terselamatkan. Namun lagi-lagi nasi telah
menjadi bubur. Hanya doa yang mampu terucapkan dari keluarga tersebut agar anaknya
mendapat balasan setinggi-tingginya dari-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar