Kamis, 19 Desember 2024

Tingkatkan Literasi, Kurangi Misinformasi

  


Penulis: Aniza Mar'atus Sholekhah


  Tingkat buta huruf di Indonesia terus menurun dari tahun ke tahun. Untuk rentang usia 15 hingga 44 tahun, angka buta huruf bahkan tidak mencapai 1%. Banyak orang kini sudah mampu membaca dan menulis. Namun, pertanyaannya: Apakah kita benar-benar memahami apa yang kita baca?

    Sering kali, kita membaca informasi tanpa memeriksa kebenarannya, lalu membagikannya kepada orang lain. Kebiasaan ini berisiko menyebarkan misinformasi, yang dapat menyesatkan dan menciptakan kegaduhan. Untuk mencegah hal tersebut, kita perlu meningkatkan literasi, yang mencakup kemampuan memahami, mengolah, dan memanfaatkan informasi dengan bijak.

    Menurut KBBI, literasi adalah kemampuan individu mengolah informasi sebagai bekal hidup. Kemendikbud menambahkan bahwa literasi melibatkan kemampuan memahami, mengevaluasi, dan merefleksikan teks untuk menyelesaikan masalah serta mengembangkan potensi diri. Tiga tujuan utama literasi adalah:

1. Enrichment (Pemberdayaan Pengetahuan): Memperkaya wawasan melalui informasi tambahan.

2. Empowerment (Pemberdayaan Diri): Membuat keputusan berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.

3. Enlightenment (Pencerahan): Memperoleh pemahaman mendalam dan sudut pandang baru.

     Sebagai generasi yang akrab dengan media sosial, kita juga harus memahami literasi digital untuk mengurangi penyebaran misinformasi. Literasi digital adalah kemampuan menggunakan teknologi secara bijak, termasuk mencari, mengevaluasi, dan membagikan informasi secara kritis melalui media digital. Ini juga mencakup menjaga keamanan data pribadi dan menghindari penyebaran misinformasi. Lalu, bagaimana Literasi Digital Mengurangi Misinformasi?

1. Menilai Sumber Informasi

Literasi digital membantu kita memeriksa kredibilitas sumber informasi, seperti memastikan apakah situs atau media berasal dari institusi resmi dan terpercaya. Dengan demikian, kita dapat membedakan informasi dari sumber yang sah dan dari sumber yang meragukan.

2. Mengenali Tanda-tanda Hoaks

Literasi digital melatih kita mengenali ciri informasi palsu, seperti judul sensasional, klaim tanpa bukti, atau gambar yang dimanipulasi. Pemahaman ini membuat kita lebih kritis terhadap informasi yang beredar.

3. Verifikasi Fakta

Literasi digital mengajarkan pentingnya memeriksa fakta melalui sumber lain yang terpercaya. Dengan melakukan verifikasi, kita dapat memastikan kebenaran informasi sebelum menerimanya sebagai fakta.

4. Penyebaran yang Bertanggung Jawab

Literasi digital mendorong kita untuk berpikir dua kali sebelum membagikan informasi. Kita diajarkan untuk menyebarkan hanya informasi yang sudah terverifikasi agar tidak ikut menyebarkan hoaks atau misinformasi.

      Dengan begitu, literasi digital sangat penting untuk membekali kita dalam menghadapi tantangan informasi di era digital. Selain kemampuan membaca dan menulis, kita juga harus cerdas dalam memilih dan memproses informasi, agar tidak terjebak dalam penyebaran misinformasi atau hoax yang merugikan diri sendiri dan orang lain.

1 komentar: